Langsung ke konten utama

Kontribusi Ibn Al-Nadim dalam Dunia Kepustakawanan Islam


Pendahuluan

Dalam sejarah Islam, umat Islam pernah mencapai puncak kejayaan yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan ini terjadi pada masa kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah, khususnya pada periode awal pemerintahannya. Bosworth [1993: 30] menyebutkan bahwa tiga abad pertama pemerintahan Abbasiyah, yaitu abad kedelapan sampai kesebelas merupakan masa kejayaan Islam pada abad pertengahan. Literatur, kesusasteraan, teologi, filsafat, dan ilmu alam berkembang pesat sebagai pengaruh dari dari Persia dan dunia Helenistik. Philip K. Hitti [1974: 297] menyebut secara khusus masa kejayaan ini dengan The Golden Prime. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan Islam mencakup berbagai aspek kehidupan. Franz Rosenthal seperti dikutip Altwajri [1997: 77-78] melukiskan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan sebagai berikut :
"Memang harus diakui, bahwa ilmu Arab merupakan sumbangan yang besar terhadap pengetahuan kita. Namun, pengetahuan itu tidak cukup untuk mengungkapkan ilmu yang faktual dan emosional. Ilmu merupakan salah satu dari segala konsep yang telah mengangkat harkat Islam dan menopang peradaban Islam untuk meraih lingkupnya yang penting dan kompleks… Tidak ada cabang kehidupan intelektual muslim, kehidupan keagamaan, politik dan kehidupan keseharian setiap umat Islam yang tersisa tanpa disentuh oleh sikap yang rekat terhadap ilmu pengetahuan sebagai nilai mutlak bagi keberadaannya."
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang diraih umat Islam masa klasik tersebut juga banyak diakui oleh para ilmuwan maupun sejarawan lain seperti Kneller[1978], Hill [1993], Sarton [1927], Nasr [1968], dan lain-lain. Para ilmuwan-ilmuwan tersebut semua mengakui bahwa orang-orang Islam tidak saja telah berhasil dalam melakukan transmisi ilmu-ilmu asing ke dalam dunia Islam, akan tetapi juga telah berhasil dalam melakukan kreasi-kreasi baru yang sangat berharga dalam membangun peradaban modern. Perkembangan ilmu-ilmu yang pernah dicapai oleh umat Islam telah direkam dengan baik oleh seorang tokoh muslim yaitu Ibn al-Nadim dalam suatu karyanya yang sangat terkenal yaitu Kitab al-Fihris. Karya ini merupakan suatu bibliografi yang mendaftar terbitan dari karya-karya ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa kejayaan Islam masa klasik.

Tentang Ibn Nadim

Nama sebenarnya adalah Abu al-Faraj Muhammad Ibn Ishaq, akan tetapi lebih dikenal dengan nama Ibn Ya’qub al-Nadim al-Baghdadi, demikian ditulis Ibn Khalikan (608-671 H) dalam kitab “Wafiyat al-A’yan (1968). Al-Nadim sendiri tidak lain adalah gelar yang dilekatkan kepadanya, yang berarti “sahabat orang-orang terkemuka”. Pemberian gelar ini bukan tidak beralasan. Ia memang dikenal oleh berbagai kalangan karena pergaulannya yang luas. Ia adalah seorang pecinta buku yang mashur. Ia adalah seorang warraq (penyalin naskah) yang pandai, seorang pedagang buku terkenal dan memiliki sebuah toko buku yang besar di pusat kota Baghdad. Profesinya yang strategis dalam dunia ilmiah menjadikan ia mempunyai kenalan dari berbagai pihak, baik di kalangan para pembesar, cendekiawan, filosof, ahli kaligrafi, pengarng, seniman, penyair dan profesor. Meskipun demikian, tidak berarti ia tidak memiliki latar belakang keilmuan sama sekali. Pada masa mudanya ia pernah belajar pada guru-guru terkemuka seperti al-Sirafi (w. 978 M), al-Munajim (w. 963 M), dan filosof Abu Sulayman al-Mantiqi. Ia juga sering bergabung dalam lingkaran studi (khalaqah) Isa Ibn Ali (914-1001) di kota Baghdad. Ia juga aktif terlibat diskusi dengan filosof Ibn al-Khammar untuk memperbincangkan masalah-masalah filsafat yang aktual. Keterlibatannya dalam dunia ilmiah tersebut telah membentuk dirinya menjadi seorang yang berpengetahuan luas tentang filsafat dan beragam ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu kuno seperti ilmu-ilmu Yunani, mesir, Persia, India, dan Cina (Abdul Hadi, 2000).

Menurut satu riwayat ia merupakan pengantu madzhab Syi’ah, dan pengagum teologi Mu’tazilah serta mengkritik keras terhadap kaum tradisionalis, yaitu golongan Asy’ariyah yang disebutnya sebagai al-mujbirah. Sebagai pengagum teologi Mu’tazilah, ia banyak menyediakan buku-buku filsafat terutama yang ditulis para tokoh Mu’tazilah di toko bukunya. Bahkan di toko bukunya, Ibn al-nadim menyediakan ruang khusus untuk pertemuan atau diskusi para ilmuwan terutama dari kalangan Mu’tazilah untuk membahas suatu ilmu. Di antara buku-buku yang paling disukainya adalah buku-buku karya al-Kindi, yang juga sosok yang paling dikaguminya. Buku-buku tersebut adalah Pengantar Filsafat, Filsafat Intrinsik, Masalah-masalah Logika dan Filsafat yang pelik, Komposis Angka, Pengantar Logika, Pengantar Musik, Keterngan Mengenai Benda-benda Angkasa, dan Seluk beluk Geometri [Abdul Hadi, 2000].
Karena demikian besar cintanya terhadap buku, Ibn al-Nadim sangat bergairah mencatat buku-buku yang pernah dimiliki di perpustakaan, dan yang pernah dijual di toko buku. Yang dicatatnya bukan saja sekedar nama pengarang dan judul bukunya, akan tetapi juga keterangan mengenai isi buku itu, riwayat hidup pengarangnya serta karya-karyanya, dan pengelompokkan buku-buku itu menurut bidang pembahasan atau subjeknya. Catatannya itu kemudian diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul Kitab al-Fihris atau Buku Indeks.
Kitab al-Fihris
Kitab al-Fihris merupakan karya besar dari seorang tokoh muslim yang mencerminkan masa-masa kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni. Kitab yang ditulis mulai tahun 938 M ini merupakan indeks buku-buku karangan orang-orang Arab dan non Arab yang ditulis dalam bahasa Arab tentang semua cabang ilmu pengetahuan. Oleh banyak kalangan Kitab al-Fihris ini dipandang sebagai rujukan terpenting bagi para pengkaji sejarah dan peradaban Islam karena kelengkapan indeks buku yang dimuatnya, serta keterangan-keterangan lain yang berharga mengenai buku-buku yang pernah dibaca dan pernah didengar dari ahli-ahli yang terpercaya. Karena itu konon seteleh terbit, kitab ini banyak disalin, terutama di Mesir dan Turki. Kitab yang aslinya berbahasa Arab ini, bahkan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa antara lain bahasa Prancis, dan bahasa Inggris.
Nakosteen (1996: 41), seorang Guru Besar pada Fakultas Sejarah dan Filsafat Pendidikan Universitas Colorado USA, dalam karyanya yang berjudul “History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education” menyatakan berkenaan dengan Kitab Al-Fihris atau disebut Index of Nadim sebagai berikut :
“Berdasarkan sudut pandang sejarah, Al-Fihrist karya Muhammad Ibnu Ishaq al-Nadim, yang lebih dikenal sebagai Index of Nadim, merupakan salah satu dokumen terpenting dalam kebudayaan Islam. Banyak sekali pengetahuan kita tentang ilmu-ilmu Islam, baik dalam terjemahan karya-karya klasik berbahasa Arab maupun dalam bentuk buku-buku kreatif, hingga dasawarsa terakhir abad kesembilan belas adalah berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari indeks tersebut”.
Tujuan utama penyusunan kitab ini seperti dikemukakan dalam pendahuluan adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. dan berkah-Nya. Menurut Ibn al-Nadim, setiap muslim yang taat maka segala perbuatan dan pekerjaannya di dunia merupakan bentuk amal ibadah dan perjalanan menuju kepada-Nya.
Berkaitan dengan kitab yang ditulisnya, Ibn Nadim membagi isi Kitab al-Fihris menjadi sepuluh bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari sub-sub bagian. Kecuali bagian pertama, masing-masing bagian dari kitab al-Fihris tersebut berisi uraian tentang beragam ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu agama seperti fikih dan hadis maupun ilmu-ilmu non agama seperti ilmu bahasa, sastra, filsafat, sejarah, biografi, dengan disertai para ahli di bidang ilmu-ilmu tersebut. Dalam uraiannya, terkadang ia menguraikannya secara panjang lebar tentang suatu buku, tetapi ada kalanya juga sangat singkat.
Sepuluh bagian utama isi kitab al-Fihris adalah sebagai berikut :
1. Bagian pertama mendeskripsikan tentang bahasa dari bangsa-bangsa di Arab dan non Arab dengan disertai keanekaragaman tulisannya, baik bentuk dan karakteristik dari tulisan tersebut. Pada bagian pertama ini, Ibn Nadim juga mencantumkan kitab-kitab dari masing-masing sekte Islam, Yahudi, Nasrani, dan Sabian.
2. Bagian kedua, berisi tentang uraian ilmu tata bahasa dan filologi serta para pakar di bidangnya.
3. Bagian ketiga uraian mengenai sejarah, biografi, dan silsilah.
4. Bagian keempat tentang puisi dan penyair.
5. Bagian kelima tentang filsafat dan cendekiawan skolastik.
6. Bagian keenam tentang hukum, ahli fikih dan ahli hadits.
7. Bagian ketujuh tentang filsafat dan ilmu pengetahuan kuno.
8. Bagian kedelapan tentang legenda, dongeng, sihir dan sulap.
9. Bagian kesembilan tentang sekte dan kepercayaan.
10. Bagian kesepuluh tentang ahli kimia dan farmasi dengan disertai judul-judul buku mereka (Ibn Nadim, 1970).
Dalam menyajikan daftar literatur, Ibn Nadim (1970) menyusun karyanya tersebut didasarkan atas nama pengarang yang diikuti dengan nama-nama kitab atau judul-judul karangannya. Di samping itu ia juga menerangkan tentang riwayat kehidupan pengarang buku ; asal-usul, negeri tempat tinggal, dan jasa-jasanya. Kitab ini menurut Abdul Hadi [2000] sejak awal penulisannya telah berkali-kali direvisi oleh pengarangnya dan diperluas isinya.
Kitab al-Fihris Sebagai Karya Bibliografi
Kitab Al-Fihrist karya Ibn Nadim dapat dikatakan sebagai suatu karya bibliografi, yaitu suatu karya yang mendaftar terbitan-terbitan tentang karya ilmu pengetahuan. Verner W. Clapp (1985) memberikan pengertian bibliografi dalam tiga pandangan, yaitu bibliografi sebagai ilmu, seni, atau jenis produk seni dalam merekam bahan-bahan terbitan. Sebagai ilmu, bibliografi adalah suatu bentuk pengetahuan yang terorganisir yang menampilkan buku dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek fisik maupun buku dilihat sebagai pembawa ide / gagasan atau bentuk intelektual yang dikandungnya. Bibliografi dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan tentang buku dilihat dari berbagai aspeknya. Adapun sebagai suatu seni, bibliografi merupakan suatu teknik untuk memperoleh, menyusun dan menampilkan kembali informasi mengenai buku dan atau bahan sejenisnya. Sebagai produk seni, bibliografi adalah daftar sistematik dari buku-buku yang disusun untuk maksud tujuan tertentu. Istilah buku di sini tidak hanya terbatas pada kumpulan lembaran kertas, tetapi termasuk di dalamnya pamflet, majalah, surat kabar serta artikel yang diterbitkan, manuscript, peta, dan kompisisi musik bahkan mikrofilm dari bahan-bahan yang diterbitkan.
Dengan melihat pengertian tersebut maka Kitab al-Fihris karya Ibn al-Nadim tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu bibliografi karena isi dari kitab tersebut mendaftar terbitan dari karya-karya ilmu pengetahuan. Sebagai suatu karya bibliografis, Kitab al-Fihris karya Ibn al-Nadim merupakan suatu karya yang disajikan untuk menggambarkan Islam berdasarkan kajian terhadap literatur yang terbit di dunia Islam. Karya ini tidak hanya menggambarkan apa yang pernah dicapai atau dipahami masyarakat muslim terhadap materi ke-Islam-an, akan tetapi juga menggambarkan bagaimana umat Islam juga bersentuhan dengan dunia atau faham dan keyakinan lain yang tertuang di dalam suatu literatus sebagai karya orang Islam.
Kemudian jika melihat isi dari Kitab al-Fihris karya Ibn al-Nadim, karya tersebut tidak saja mendaftar terbitan-terbitan dari karya-karya ilmu pengetahuan atau bersifat enumeratif sistematis, akan tetapi juga kritis dengan dilengkapi dengan analisa terhadap keterangan pembuatan dan sejarah dari suatu karya. Ibn Nadim [1970] di dalam pengantar bukunya menjelaskan bahwa di dalam menulis bibliografinya ia memberikan informasi mengenai penulis karya berkaitan dengan kehidupan dan ketokohannya di dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Bahkan ia juga sering mengutip pendapat orang lain tentang ketokohan dari penulis suatu karya. Bahkan, menurut Abdul Hadi [2000], sering di dalam kitabnya itu Ibn al-Nadim membicarakan juga mengenai ukuran buku, jumlah halaman buku, dan jika menerangkan buku puisi tak lupa menjelaskan jumlah bait dan baris menurut teks aslinya. Menurut Sulistyo-Basuki (1993), dilihat dari jenisnya bibliografi dapat dibedakan menjadi tiga (3) kategori, yaitu bibliografi sistematis atau enumeratif, bibliografi analitis atau kritis, dan bibliografi historis. Bibliografi sistematis atau enumeratif ini adalah bibliografi yang berupa daftar bahan pustaka, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang disusun menurut sistematika tertentu. Bibliografi analitis atau kritis adalah kegiatan penelitian atas karakteristik fisik suatu buku terutama menyangkut keterangan pembuatan dan sejarah buku. Bibliografi historis adalah kegiatan penelitian terhadap suatu buku terutama menyangkut teknik atau seni penulisan, pencetakan, iluminasi, dan penjilidan.
Dalam batas-batas tertentu, Kitab al-Fihris dapat disebut sebagai bibliografi universal, yaitu bibliografi yang mendaftar terbitan di seluruh dunia. Cakupan terbitan yang terdapat dalam Kitab al-Fihris mencakup berbagai bidang disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu umum, filsafat, maupun ilmu-ilmu agama. Selain itu sumber yang digunakan oleh Ibn al-Nadim dalam menyusun bibliografinya mencakup berbagai katalog perpustakaan yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Ibn al-Nadim mahkan tidak hanya mengunjungi perpustakaan-perpustakaan, akan tetapi mencakup katalog-katalog dari toko-toko buku yang ada di dunia Islam.
Dengan demikian, mungkin tidak terlalu berlebihan jika kita mengatakan bahwa Ibn al-Nadim adalah sebagai pelopor penyusunan bibliografi dalam dunia kepustakawanan yang mencerminkan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu umum maupun ilmu-ilmu agama, terutama yang dicapai oleh umat manusia pada masa kejayaah Islam.

Penutup

Ibn Nadim dengan karyanya kitab Al-Fihrist telah memberikan sumbangan yang besar terhadap dunia kepustakawanan Islam. Kitab al-Fihrits merupakan salah satu karya bibliografi terbesar yang pernah yang memuat berbagai karya-karya hasil umat Islam mengenai suatu subjek materi ajaran Islam. Melalui karya tersebut, Ibn Nadim tidak saja telah mengenalkan karya-karya pencapaian umat Islam pada suatu masa tertentu, akan tetapi juga telah menunjukkan cara lain di dalam memahami Islam. Dalam batas-batas tertentu Kitab Al-Fihrist dapat merupakan suatu pendekatan di dalam studi Islam yang dituangkan melalui pendekatan bibliografis. Ibn Nadim bahkan telah membuat pemetaan terhadap berbagai kajian Islam yang dilakukan oleh umat Islam, dan juga bagaimana umat Islam berinteraksi dalam suatu setting sosial dan budaya.

Daftar Pustaka
Abdullah, M.Amin. 1996. Studi Agama : Normativitas atau Historisitas ?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdullah, M.Amin. 2000. Metodologi Studi Agama (pengantar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Clapp, Verner W. 1985. “Bibliography” dalam Encyclopedia Americana Volume 3. Conecticut : Grolier Incorporated.
Hadi W.M., Abdul. 2000. Islam : Cakrawala estetik dan Budaya. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ibn Khalikan. 1968. Wafiyat al-A’yan. Beirut: Dar al-Shadir.
Ibn Al-Nadim, Abul faraj Muhammad. 1970. The Al-Fihrist of Al-Nadim : A Tenth century Survey of Muslim Culture. Translated and edited by Bayard Dodge. New York: Columbia University Press.
Lasa Hs. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Mudzhar, M. Atho. 1998. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. Terjemahan dari History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education. Surabaya: Risalah Gusti.
Nasution, Harun. 1996. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya I. Jakarta: UI Press.
Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajagarfindo Persada.
Sou’yb, Joesoef. 1995. Orientalisme dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Ahmed O. Altwajri. 1997. Islam, Barat dan Kebebasan Akademis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
George F. Kneller. 1978. Science as a Human Endeavor. New York: Columbia University Press.
Donald R. Hill. 1993. Islamic Science and Engineering. Edinburgh: The University Press.
Sarton, George. 1927. Introduction to the History of Science. Baltimore: Wilkins and Wilkens.
Seyyed Hossein Nasr. 1968. Science and Civilization in Islam. New York: New American Library.

Komentar

  1. kajian islamic librarianship sangat menarik pikiran dan emosi saya untuk mendalami lebih jauh tentangnya, sebagai pustakawan di institusi islam, justru disana ruhnya. trims (komarudin, pustakawan stain kediri)

    BalasHapus
  2. Kajian yang menarik pak, terima kasih banyak :)

    BalasHapus
  3. terima kasih. Padat dengan maklumat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Iqra' dan Kepustakawanan Islam

  “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. 96: 1-5). Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT.   sebagai agama bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran agama Islam yang sumber pada wahyu baik berupa al-Qur’an maupun hadits diyakini telah memuat ajaran-ajaran yang bersifat konprehensif dan universal. Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan berlaku sepanjang zaman. Selanjutnya hadits-hadits Nabi menjadi penjelasan ( al-bayan ), penguat ( al-ta’kid ), dan pemberi rincian ( al-tafshil ) pelaksanaan ajaran agama. Karakteristik komprehensifitas (kemenyeluruhan) al-Qur’an tersebut bukan berarti sumber-sumber pokok ajaran Islam tersebut telah mengatur se

Dunia Perbukuan Pada Masa Kejayaan Islam

Oleh : Agus Rifai Pustakawan Madya pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tradisi kepustakawanan tidak dapat dilepaskan dari dunia perbukuan. Buku merupakan salah satu bentuk media penyimpan informasi yang paling banyak dikenal masyarakat, dan merupakan salah satu jenis koleksi yang paling mendominasi di berbagai perpustakaan. Demikian pula dalam sejarah perpustakaan, buku merupakan sumber awal tumbuh dan berkembangnya perpustakaan-perpustakaan tanpa kecuali di dunia Islam.

Tentang Kepustakawanan Islam

Istilah kepustakawanan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, yaitu librarianship yang berasal dari kata librarian . Librarian   dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan pustakawan, yaitu seseorang yang bekerja di perpustakaan atau petugas perpustakaan yang mendapat pendidikan ilmu perpustakaan (Neufeldt, 1996). Dengan merujuk pada pengertian ini sesungguhnya kepustakawan merujuk pada tugas-tugas atau kegiatan pustakawan dalam kaitannya dengan perpustakaan, atau kegiatan dalam upaya-upaya pelaksanaan tugas-tugas dan pengembangan perpustakaan.