Langsung ke konten utama

Bibliografi Sebagai Suatu Pendekatan Keilmuan : Mengenal Kitab Al-Fihrist Karya Ibn Nadim

Abstrak

Ibn Nadim merupakan salah satu tokoh yang mengenalkan suatu pendekatan studi Islam dengan caranya sendiri. Karyanya Kitab Al-Fihrist merupakan karya yang berusaha memahami dan sekaligus mengenalkan Islam melaui pendekatan bibliografis, yaitu kajian survey dan pencatatan terhadap literatur keislaman yang berkembang di dunia Islam, baik tentang materi ajaran Islam maupun tentang materi yang lain sebagai karya pencapain umat Islam. Karya ini setidaknya menggambarkan dua hal pokok, yaitu pertama menunjukkan tingkat pemahaman dengan berbagai difrensiasinya terhadap ajaran Islam, dan kedua menunjukan peta perkembangan dan pencapaian keilmuan umat Islam pada suatu masa tertentu.

Pendahuluan
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Ajaran-ajaran tersebut bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Al-Qur’an dan hadits tersebut berupa teks-teks yang harus dipahami oleh para pengikutnya di dalam rangka mencari bentuk ideal pengamalan ajaran agama. Kenyataannya, pemahaman terhadap kedua sumber tersebut tidak hanya menghasilkan idealitas yang satu. Pemahaman di kalangan umat Islam terhadap ajaran agama yang bersumber pada suatu teks di dalam al-qur’an maupun hadits sering dipandang oleh masing-masing individu ataupun kelompok sebagai sesuatu yang ideal. Oleh karena pemahaman tersebut merupakan suatu yang ideal maka sangat sulit menentukan idealitas Islam yang sebenarnya. Idealitas Islam yang tercantum dalam teks al-qur’an dan Hadits pada kenyataannya berupa praktek-praktek umat Islam ketika berinteraksi dengan teks al-qur’an dan Hadits. Dalam rangka memperoleh sesuatu pengamalan ajaran agama yang paling mendekati idealitas wahyu inilah umat Islam berupaya melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber ajaran agama.
Sementara itu pada sisi lain, idealitas Islam juga telah berubah menjadi praktek-praktek umat Islam yang juga dipandang sebagai yang ideal. Padahal sesuatu yang ideal tersebut beragam, tetapi tidak dapat dipandang sebagai suatu idelaitas yang bukan Islam. Dalam hal ini idealitas Islam telah menjelma menjadi gejala budaya dan gejala sosial dari para pemeluknya. Oleh karena itu untuk memahami Islam, juga tidak dapat dilakukan semata-mata dari teks wahyu, akan tetapi juga dari praktek-praktek umat Islam. Pada kerangka inilah kajian Islam dapat dilakukan secara ilmiah dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan.


Masalah Pendekatan Keilmuan
Istilah pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 218) berarti usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan yang diteliti, atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Dalam mencapai pengertian atau mengadakan penelitian tersebut, suatu ilmu sering menggunakan ilmu lain sebagai pendekatan untuk mengkaji obyek atau masalah. Penggunaan ilmu lain dalam kajian keilmuan merupakan hal yang bisa, dan bahkan sering digunakan oleh ilmuwan untuk tujuan tertentu. Hal ini –meskipun dikatakan suatu ilmu bersifat otonomi- merupakan sifat dari suatu ilmu sendiri yang saling berhubungan antara ilmu yang satu dengan yang lain. Sifat dasar ilmu [Inner-logio ] sendiri dalam perkembangannya harus mengakui adanya inter disiplin, inter fungsional antara ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lain.
Menurut Hoogveld seperti dikutip Burhanuddin Salam (1997 : 22), pola hubungan suatu ilmu terlihat dalam lima aspek, yaitu hubungan teleo-thetis (menerangkan tujuan dari ilmu lain), hubungan hypo-beleo-gnosis (menerangkan obyek materia ilmu lain), hubungan methodos-gnosis (menerangkan metode ilmu lain), hubungan perluasan horizon/ cakrawala (memperoleh), dan hubungan membantu (memberi bantuan). Ilmu Hayat berfungsi sebagai hypo-beleo-gnosis terhadap ilmu kedokteran. Statistik kependudukan merupakan bantuan ilmu statistik dalam menjelaskan masalah kependudukan. Ilmu Jiwa Sosial terhadap administrasi publik merupakan metode yang digunakan dalam memberi layanan administrasi publik. Inter relasi ilmu pengetahuan seperti dikemukakan di atas merupakan hal yang niscaya untuk mendukung vitalitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang sehingga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu itu sendiri atau untuk kemanfaatan bagi manusia.


Bibliografi sebagai Pendekatan Keilmuan
Menurut Sulityo Basuki (1993), istilah bibliografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “biblion” yang berarti buku, dan kata “graphein” yang berarti menulis. Jadi istilah bibliografi berarti penulisan buku. Meskipun demikian dalam perkembangannya istilah bibliografi lebih dikenal sebagai suatu teknik sistematik dalam membuat daftar deskriptif dari suatu terbitan. Tidak jarang dijumpai dalam suatu buku terdapat suatu bibliografi yang berisi daftar terbitan yang dijadikan rujukan di dalam penulisan. Dalam hal ini bibliografi identik dengan daftar referensi atau daftar bacaan. Bibliografi sebagai suatu daftar bacaan atau daftar rujukan dalam penulisan buku atau suatu karya ini merupakan pengertian yang paling banyak dipahami orang. Bibliografi juga dipahami sebagai suatu terbitan yang mendaftar berbagai terbitan dalam berbagai bentuknya seperti Bibliografi Nasional Indonesia. Bibliografi Nasional Indonesia merupakan terbitan yang mendaftar terbitan-terbitan di Indonesia. Bibliografi dalam pengertian ini sering dibedakan dengan bibliografi umum yang mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan bibliografi khusus yang hanya mencakup satu bidang ilmu, atau lazim disebit bibliografi subyek.
Verner W. Clapp (1985) memberikan pengertian bibliografi sebagai berikut: “Bibliografi adalah istilah yang disandangkan bagi ilmu, seni, atau jenis produk seni dalam merekam bahan-bahan terbitan. Sebagai ilmu, bibliografi adalah suatu bentuk pengetahuan yang terorganisir yang menampilkan buku dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek fisik maupun buku dilihat sebagai pembawa ide / gagasan atau bentuk intelektual yang dikandungnya. Bibliografi dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan tentang buku dilihat dari berbagai aspeknya. Adapun sebagai suatu seni, bibliografi merupakan suatu teknik untuk memperoleh, menyusun dan menampilkan kembali informasi mengenai buku dan atau bahan sejenisnya. Sebagai produk seni, bibliografi adalah daftar sistematik dari buku-buku yang disusun untuk maksud tujuan tertentu. Istilah buku di sini tidak hanya terbatas pada kumpulan lembaran kertas, tetapi termasuk di dalamnya pamflet, majalah, surat kabar serta artikel yang diterbitkan, manuscript, peta, dan kompisisi musik bahkan mikrofilm dari bahan-bahan yang diterbitkan.
Selanjutnya Sulistyo-Basuki (1993) membedakan bibliografi menjadi tiga (3) kategori, yaitu bibliografi sistematis atau enumeratif, bibliografi analitis atau kritis, dan bibliografi historis. Bibliografi sistematis atau enumeratif ini adalah bibliografi yang berupa daftar bahan pustaka, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang disusun menurut sistematika tertentu. Bibliografi analitis atau kritis adalah kegiatan penelitian atas karakteristik fisik suatu buku terutama menyangkut keterangan pembuatan dan sejarah buku. Bibliografi historis adalah kegiatan penelitian terhadap suatu buku terutama menyangkut teknik atau seni penulisan, pencetakan, iluminasi, dan penjilidan.
Dalam perkembangannya, bibliografi sistimatis atau enumeratif lebih berkembang. Dalam bidang ilmu pengetahuan diterbitkan suatu bibliografi yang mendaftar perkembangan penerbitan suatu bidang ilmu pengetahuan atau berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam butiran Angka Kredit Jabatan Pustakawan seperti tertera dalam Surat Edaran Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No. 53649/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 misalnya dijelaskan pengertian bibliografi sebagai daftar buku-buku, karangan dalam majalah, laporan dan lain-lain yang disusun menurut sistem tertentu, misalnya berdasar pengarang, judul, subjek atau lainnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa bibliografi dipandang sebagai suatu daftar terbitan, baik dalam bentuk buku dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam suatu bidang ilmu atau berbagai bidang ilmu. Dalam pengertian ini kemudian muncul berbagai jenis bibliografi. Dalam hal ini dapat dibedakan dua kategori jenis bibliogarfi, yaitu bibliografi umum yang mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan bibliografi khusus yang hanya mencakup satu bidang ilmu atau disebut bibliografi subyek. Contoh jenis-jenis bibliogarfi dalam pengertian ini antara adalah Bibliografi Nasional Indonesia, British National Bibliography, Bibliografi Pertanian Indonesia dan lain-lain.
Cara penyusunan bibliografi dapat diihat dari berbagai segi. Misalanya dari segi penyajian, kita bisa membagi bibliografi menjadi biblografi deskriptif dan bibliografi evaluatif. Dilihat dari segi waktu, dapat dibedakan menjadi bibliografi lampau (retrospektif) dan bibliografi kini (current), dan bibliografi mendatang. Dilihat dari cakupan wilayah, ada bibliografi daerah, bibliografi nasional, international, dll. (Lasa, 1998: 11)

Dari uraian tersebut di atas, bibliografi dalam dunia ilmu pengetahuan untuk menggambarkan perkembangan penerbitan dalam bidang ilmu pengetahuan. Berbeda dengan berbagai pendekatan yang telah disebutkan di atas yang mendasarkan pada sudut pandang keilmuan lain untuk mengkaji objek material dari suatu disiplin ilmu dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) teks, bibliografi sebagai suatu pendekatan keilmuan merupakan pendekatan berdasarkan ‘metateks’, atau sering disebut metadata. Analisis isi dimaksud adalah berkaitan dengan materi atau substansi, sedangkan analisis ‘metateks’ dimaksud adalah wadah dari teks itu sendiri. Berbagai kajian Islam biasanya dimanifestasikan dalam bentuk literatur sebagai media penyimpan informasi atau isi.

Menggunakan bibliografi sebagai suatu pendekatan dalam studi Islam berarti upaya memahami atau mencapai pengertian tentang Islam dengan cara meneliti karya-karya tentang agama Islam yang pernah diterbitkan, baik yang ditulis oleh orang Islam atau non Islam, dan karya-karya lainnya yang ditulis oleh orang Islam. Sebagai suatu objek studi, Islam telah banyak dikaji oleh kalangan umat Islam itu dalam rangka usaha pengamalan ajaran agama, dan atau sebagai suatu kegiatan keilmuan. Di samping oleh umat Islam, Islam juga banyak dikaji oleh orang-orang di luar Islam atau orang Barat (Eropa) yang kemudian melahirkan apa yang disebut orientalisme. Orientalisme ini merupakan kegiatan penyelidikan ahli ketimuran di Barat tentang agama-agama di Timur, khususnya tentang agama Islam (Sou’yb, 1995: 2). Karya-karya lain yang ditulis oleh orang-orang Islam juga sedikit banyak juga dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang Islam, atau dengan kata lain merupakan refleksi dari pengalaman dan pengalaman keagamaannya.
Dengan demikian, mengkaji Islam dengan menggunakan pendekatan bibliografi tidak saja hanya didasarkan atas karya-karya tentang Islam, akan tetapi juga karya-karya yang ditulis oleh orang Islam, baik tentang islam atau tentang hal lain. Kajian tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk daftar terbitan atau bibliografi, baik berdasarkan subjek, pengarang, atau dengan dasar lainnya.


Kitab Al-Fihrist karya Ibn Nadim

Sekilas Tentang Ibn Nadim
Nama sebenarnya adalah Abu al-Faraj Muhammad Ibn Ishaq, akan tetapi lebih dikenal dengan nama Ibn Ya’qub al-Nadim al-Baghdadi, demikian ditulis Ibn Khalikan (608-671 H) dalam kitab “Wafiyat al-A’yan (1968: 53). Al-Nadim sendiri tidak lain adalah gelar yang dilekatkan kepadanya, yang berarti “sahabat orang-orang terkemuka”. Pemberian gelar ini bukan tidak beralasan. Ia memang dikenal oleh berbagai kalangan karena pergaulannya yang luas. Ia adalah seorang pecinta buku yang mashur. Ia adalah seorang warraq (penyalin naskah) yang pandai, seorang pedagang buku terkenal dan memiliki sebuah toko buku yang besar di pusat kota Baghdad. Profesinya yang strategis dalam dunia ilmiah menjadikan ia mempunyai kenalan dari berbagai pihak, baik di kalangan para pembesar, cendekiawan, filosof, ahli kaligrafi, pengarng, seniman, penyair dan profesor. Meskipun demikian, tidak berarti ia tidak memiliki latar belakang keilmuan sama sekali. Pada masa mudanya ia pernah belajar pada guru-guru terkemuka seperti al-Sirafi (w. 978 M), al-Munajim (w. 963 M), dan filosof Abu Sulayman al-Mantiqi. Ia juga sering bergabung dalam lingkaran studi (khalaqah) Isa Ibn Ali (914-1001) di kota Baghdad. Ia juga aktif terlibat diskusi dengan filosof Ibn al-Khammar untuk memperbincangkan masalah-masalah filsafat yang aktual. Keterlibatannya dalam dunia ilmiah tersebut telah membentuk dirinya menjadi seorang yang berpengetahuan luas tentang filsafat dan beragam ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu kuno seperti ilmu-ilmu Yunani, mesir, Persia, India, dan Cina (Hadi, 2000: 193).


Kitab al-Fihrist Karya Ibn Nadim
Kitab Al-Fihrist karya Ibn Nadim merupakan suatu karya bibliografi Islam, yaitu suatu karya yang disajikan untuk menggambarkan Islam berdasarkan kajian terhadap literatur yang terbit di dunia Islam. Dalam hal ini suatu karya bibliografi tidak hanya menggambarkan apa yang pernah dicapai atau dipahami seseorang terhadap materi Islam, akan tetapi juga bagaimana umat Islam juga bersentuhan dengan dunia atau faham dan keyakinan lain yang tertuang di dalam suatu literatus sebagai karya orang Islam.
Nakosteen (1996: 41), seorang Guru Besar pada Fakultas Sejarah dan Filsafat Pendidikan Universitas Colorado USA, dalam karyanya yang berjudul “History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education” menyatakan berkenaan dengan Kitab Al-Fihris atau disebut Index of Nadim sebagai berikut :

“Berdasarkan sudut pandang sejarah, Al-Fihrist karya Muhammad Ibnu Ishaq an-Nadim, yang lebih dikenal sebagai Index of Nadim, merupakan salah satu dokumen terpenting dalam kebudayaan Islam. Banyak sekali pengetahuan kita tentang ilmu-ilmu Islam, baik dalam terjemahan karya-karya klasik berbahasa Arab maupun dalam bentuk buku-buku kreatif, hingga dasawarsa terakhir abad kesembilan belas adalah berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari indeks tersebut”.

Berkaitan dengan bibliogarfi yang ditulisnya, Ibn Nadim membagi isi Kitab al-Fihris menjadi sepuluh bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari sub-sub bagian. Kecuali bagian pertama, masing-masing bagian dari kitab al-Fihris tersebut berisi uraian tentang beragam ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu agama seperti fikih dan hadis maupun ilmu-ilmu non agama seperti ilmu bahasa, sastra, filsafat, sejarah, biografi, dengan disertai para ahli di bidang ilmu-ilmu tersebut. Pada bagian pertama, Ibn Nadim memulai tulisannya dengan mendeskripsikan tentang bahasa dari bangsa-bangsa di Arab dan non Arab dengan disertai keanekaragaman tulisannya, baik bentuk dan karakteristik dari tulisan tersebut. Pada bagian pertama ini, Ibn Nadim juga mencantumkan kitab-kitab dari masing-masing sekte Islam, Yahudi, Nasrani, dan Sabian. Bagian kedua, berisi tentang uraian ilmu tata bahasa dan filologi serta para pakar di bidangnya. Bagian ketiga uraian mengenai sejarah, biografi, dan silsilah. Bagian keempat tentang puisi dan penyair. Bagian kelima tentang filsafat dan cendekiawan skolastik. Bagian keenam tentang hukum, ahli fikih dan ahli hadits. Bagian ketujuh tentang filsafat dan ilmu pengetahuan kuno. Bagian kedelapan tentang legenda, dongeng, sihir dan sulap. Bagian kesembilan tentang sekte dan kepercayaan. Bagian kesepuluh tentang ahli kimia (Ibn Nadim, 1970).
Dalam menyajikan daftar literatur, Ibn Nadim (1970) menyusun karyanya tersebut didasarkan atas nama pengarang yang diikuti dengan nama-nama kitab atau judul-judul karangannya. Hal menarik yang dilakukan oleh Ibn Nadim di dalam menulis bibliografinya adalah bahwa penulis juga memberikan informasi mengenai penulis karya berkaitan dengan kehidupan dan ketokohannya di dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Bahkan ia juga sering mengutip pendapat orang lain tentang ketokohan dari penulis suatu karya.


Penutup
Ibn Nadim dengan karyanya kitab Al-Fihrist telah memberikan sumbangan yang besar terhadap usaha pemahaman Islam melalui kajian terhadap karya-karya umat Islam. Melalui karya tersebut, Ibn Nadim tidak saja telah mengenalkan karya-karya pencapaian umat Islam pada suatu masa tertentu, akan tetapi juga telah menunjukkan cara lain di dalam memahami Islam.
Dengan demikian, dalam batas-batas tertentu Kitab Al-Fihrist dapat merupakan suatu pendekatan di dalam studi Islam yang dituangkan melalui pendekatan bibliografis, yaitu menunjukkan karya-karya hasil umat Islam mengenai suatu subjek materi ajaran Islam. Dengan karya tersebut, Ibn Nadim bahkan telah membuat pemetaan terhadap berbagai kajian Islam yang dilakukan oleh umat Islam, dan juga bagaimana umat Islam berinteraksi dalam suatu setting sosial dan budaya.


Daftar Pustaka


Abdullah, M.Amin. 1996. Studi Agama : Normativitas atau Historisitas ?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdullah, M.Amin. 2000. Metodologi Studi Agama (pengantar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Clapp, Verner W. 1985. “Bibliography” dalam Encyclopedia Americana Volume 3. Conecticut : Grolier Incorporated.

Hadi W.M., Abdul. 2000. Islam : Cakrawala estetik dan Budaya. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ibn Khalikan. 1968. Wafiyat al-A’yan. Beirut: Dar al-Shadir.

Ibn Al-Nadim, Abul faraj Muhammad. 1970. The Al-Fihrist of Al-Nadim : A Tenth century Survey of Muslim Culture. Translated and edited by Bayard Dodge. New York: Columbia University Press.

Lasa Hs. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mudzhar, M. Atho. 1998. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. Terjemahan dari History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education. Surabaya: Risalah Gusti.

Nasution, Harun. 1996. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya I. Jakarta: UI Press.

Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajagarfindo Persada.

Sou’yb, Joesoef. 1995. Orientalisme dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

Komentar

  1. Artikel yg menarik, lama saya mencari artikel2 tt kepustakawanan islam.

    Terimakasih mas

    Salam kenal
    Purwoko

    BalasHapus
  2. Mas Agus, dulu waktu kuliah saya berfikir, dan sampai saat ini saya masih belum menemukan jawaban.

    Sebenarnya ketika perpustakaan2 islam di puncak jaya2nya dulu (Bait Al Hikmah dll), pasti koleksinya banyak, nah model klasifikasi yang digunakan itu seperti apa?

    adakah kitab2 yg memuat informasi ini?


    Salam
    Purwoko
    http://purwoko.staff.ugm.ac.id

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Falsafah Iqra' dan Kepustakawanan Islam

  “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. 96: 1-5). Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT.   sebagai agama bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran agama Islam yang sumber pada wahyu baik berupa al-Qur’an maupun hadits diyakini telah memuat ajaran-ajaran yang bersifat konprehensif dan universal. Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan berlaku sepanjang zaman. Selanjutnya hadits-hadits Nabi menjadi penjelasan ( al-bayan ), penguat ( al-ta’kid ), dan pemberi rincian ( al-tafshil ) pelaksanaan ajaran agama. Karakteristik komprehensifitas (kemenyeluruhan) al-Qur’an tersebut bukan berarti sumber-sumber pokok ajaran Islam tersebut telah mengatur se

Tentang Kepustakawanan Islam

Istilah kepustakawanan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, yaitu librarianship yang berasal dari kata librarian . Librarian   dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan pustakawan, yaitu seseorang yang bekerja di perpustakaan atau petugas perpustakaan yang mendapat pendidikan ilmu perpustakaan (Neufeldt, 1996). Dengan merujuk pada pengertian ini sesungguhnya kepustakawan merujuk pada tugas-tugas atau kegiatan pustakawan dalam kaitannya dengan perpustakaan, atau kegiatan dalam upaya-upaya pelaksanaan tugas-tugas dan pengembangan perpustakaan.

Dunia Perbukuan Pada Masa Kejayaan Islam

Oleh : Agus Rifai Pustakawan Madya pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tradisi kepustakawanan tidak dapat dilepaskan dari dunia perbukuan. Buku merupakan salah satu bentuk media penyimpan informasi yang paling banyak dikenal masyarakat, dan merupakan salah satu jenis koleksi yang paling mendominasi di berbagai perpustakaan. Demikian pula dalam sejarah perpustakaan, buku merupakan sumber awal tumbuh dan berkembangnya perpustakaan-perpustakaan tanpa kecuali di dunia Islam.