Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Bibliografi Sebagai Suatu Pendekatan Keilmuan : Mengenal Kitab Al-Fihrist Karya Ibn Nadim

Abstrak Ibn Nadim merupakan salah satu tokoh yang mengenalkan suatu pendekatan studi Islam dengan caranya sendiri. Karyanya Kitab Al-Fihrist merupakan karya yang berusaha memahami dan sekaligus mengenalkan Islam melaui pendekatan bibliografis, yaitu kajian survey dan pencatatan terhadap literatur keislaman yang berkembang di dunia Islam, baik tentang materi ajaran Islam maupun tentang materi yang lain sebagai karya pencapain umat Islam. Karya ini setidaknya menggambarkan dua hal pokok, yaitu pertama menunjukkan tingkat pemahaman dengan berbagai difrensiasinya terhadap ajaran Islam, dan kedua menunjukan peta perkembangan dan pencapaian keilmuan umat Islam pada suatu masa tertentu.

Kontribusi Ibn Al-Nadim dalam Dunia Kepustakawanan Islam

Pendahuluan Dalam sejarah Islam, umat Islam pernah mencapai puncak kejayaan yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan ini terjadi pada masa kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah, khususnya pada periode awal pemerintahannya. Bosworth [1993: 30] menyebutkan bahwa tiga abad pertama pemerintahan Abbasiyah, yaitu abad kedelapan sampai kesebelas merupakan masa kejayaan Islam pada abad pertengahan. Literatur, kesusasteraan, teologi, filsafat, dan ilmu alam berkembang pesat sebagai pengaruh dari dari Persia dan dunia Helenistik. Philip K. Hitti [1974: 297] menyebut secara khusus masa kejayaan ini dengan The Golden Prime. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan Islam mencakup berbagai aspek kehidupan. Franz Rosenthal seperti dikutip Altwajri [1997: 77-78] melukiskan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan sebagai berikut : "Memang harus diakui, bahwa ilmu Arab merupakan sumba

Perpustakaan dan Pendidikan Multikulturalisme

Pendahuluan Pada dasawarsa terakhir, wacana multikulturalisme menjadi isu penting dalam upaya pembangunan kebudayaan di Indonesia. Hal ini menurut hemat penulis didasarkan beberapa alasan. Pertama, bahwa secara alami atau kodrati, manusia diciptakan Tuhan dalam keanekaragaman kebudayaan, dan oleh karena itu pembangunan manusia harus memperhatikan keanekaragaman budaya tersebut. Dalam konteks ke-Indonesia-an maka menjadi keniscayaan bahwa pembangunan manusia Indonesia harus didasarkan atas multikulturalisme mengingat kenyataan bahwa negeri ini berdiri di atas keanekaragaman budaya.